Rabu, 19 Oktober 2016

MANUSIA MAKHLUK IBADAT



Manusia Makhluk Ibadat 

Tugas manusia di dunia adalah ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
وماخلقت الجن والانسالالتعبدون
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[QS Al-baqoroh].
Meskipun merupakan tugas, akan tetapi pelaksanaan ibadah bukan untuk Allah karena Allah tidak memerlukan apa-apa. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri.  Lalu, mengapa manusia dikatakan sebagai mahluk ibadat? Ya, karena segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah. Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah. Karena manusia memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah.
Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri. Lantas, mengapa manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
Itu karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang senantiasa menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa. Nah, sekarang hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan dosa dan bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
Ibadah berasal dari kata 'abada yang arti bebasnya menyembah atau mengabdi merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Kholiq [Pencipta]. Karena penyembahan atau pemujaan merupakan fitrah [naluri] manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan yang salah dan tidak dikehendaki oleh Allah. Sehingga yang mengabdi [manusia] disebut Abid, sedangkan yang disembah disebut Ma’bud.
Ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Sehingga segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir maupun batin, semuanya merupakan [dan dapat disebut dengan] ibadah. Sedangkan lawan dari ibadah adalah ma'syiat. Kita sering tertipu sehingga selalu dirundung dalam keraguan, kebingungan serta kegalauan di saat menghadapi tuntutan agar memelihara “alat-Rezeki” yang telah diamanahkan oleh Allah kepada kita sebagai hamba-Nya secara KASAB untuk dijadikan sebagai “Ladangnya Akhirat” yang paling subur. 
Selama kita masih ditempatkan oleh Allah dalam maqom [derajat] KASAB, belum sampai pada maqom TAJRID ya jalan saja secara harmoni setiap kegiatan "ibadah", baik yang khusus [ritual] maupun yang umum tanpa harus selalu menciptakan dikotomi yang membingungkan. Karena sebenarnya yang lebih penting untuk diperhatikan adalah masalah Ibadah Mu’amalah, karena ternyata malah bentuk ibadah ini justru dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas nilai IHSAN dari setiap Ibadah Khusus [Ritual] yang telah kita lakukan selama ini.

Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi.
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5).
Tugas dan tanggung jawab manusia sebenarnya telah nyata dan begitu jelas sebagaimana terkandung di dalam Al-Quran iaitu tugas melaksanakan ibadah mengabdikan diri kepada Allah dan tugas sebagai khalifah-Nya dalam makna mentadbir dan mengurus bumi ini mengikut undang-undang Allah dan peraturan- Nya. Firman Allah swt. maksudnya:
“Dan Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (menyembah) kepada Ku”. (Az-Zaariyaat: 56)
Firman Allah SWT. bermaksud:    
“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebaha-gian (yang lain) beberapa darjat untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (al-An’aam: 165)
Tugas sebagai khalifah Allah ialah memakmurkan bumi ini dengan mentadbir serta mengurusnya dengan peraturan dan undang-undang Allah. Tugas beribadah dan mengabdi diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala aktiviti pengurusan bumi ini yang tidak terkeluar dari garis panduan yang datang dari Allah swt. dan dikerjakan segala kegiatan pengurusan itu dengan perasaan ikhlas kerana mencari kebahagian dunia dan akhirat serta keredaan Allah.

Beribadah tidaklah sulit sebenarnya, kawan. Hanya perlu keikhlasan dan ketulusan dalam diri kita. Sekecil-kecilnya, dengan contoh seperti ini, perbuatan baik tidak akan ada nilainya jika dilakukan tanpa mengucap Bismillah, dan apabila diucapkan maka sudah dianggap ibadah.

Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya. Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).
Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah). Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah. Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut dengan “beriman”. Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).

Ya, itulah beberapa alasan mengapa kita harus beribadah. Disamping itu, dalam beribadah akan ada kaitannya antara iman kita, ilmu, dan amal. Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar