Rabu, 19 Oktober 2016

SUNNATULLAH



Sunnatullah

Sunnatullah berarti tradisi Allah dalam melaksanakan ketetapanNya sebagai Rabb yang terlaksana di alam semesta atau dalam bahasa akademis disebut hukum alam. Sunnatullah terdiri dua suku kata, yaitu sunnah dan Allah. Sunnah artinya adalah kebiasaan. Jadi sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan-ketetapan Allah. Kata sunnatullah dan yang sejenisnya seperti sunnatuna, sunnatu al-awwalin terulang sebanyak tiga belas kali dalam al-Qur'an. Jika dipukulratakan secara statistik, semua kata tersebut berbicara dalam konteks kemasyarakatan.

Sunnatullah atau disebut juga dengan hukum alam, hukum kemasyarakat-an, atau ketetapan-ketetapan Allah menyangkut situasi kemasyarakatan, tidak dapat dialihkan dan diubah oleh siapapun. Sunnatullah ini sudah berlaku pada umat-umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW dan berlaku secara umum serta terus-menerus terjadi. Jadi, Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang termaktub di dalam Al-Quran, hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap dan otomatis.
Sunnatullah berlaku secara umum di alam semesta ini, yang menyebabkan adanya kesan keteraturan di dalamnya. Tetapi pada level yang lebih tinggi tindak kreatifitas Tuhan mempunyai batas-batas determistik dunia mekanik. Kalau pada level dunia normal, hukum mekanik menjadi ciri yang dominan maka pada level sub atomic hukum mekanik tidak berlaku lagi pada prinsip indeterminisme yang justru dominan. Seperti halnya pada proses kegiatan ilmiah yang menyatakan hal tersebut adalah pembuktian secara kasat mata dan terindera.
دهرالفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدالناس
“Telah muncul kerusakan di laut dan di bumi karena ulah manusia”
Beda halnya dengan proses keimanan, apabila proses keimanan sendiri, tidak harus ada pembuktian (terlihat dan kasat mata), tetapi diterima dengan keyakinan. Jadi, manusia sendiri apabila ingin merubah ketaatannya menjadi lebih baik, atau katakanlah ingin memperbaiki imannya, hal ini tidak perlu diumbar ke orang lain. Teguhkan diri sendiri, jalani, dan ingatlah Allah. Hal ini akan mengotomatisasi kita untuk berjalan kearah lebih baik lagi, dan akan dengan sendirinya terlihat oleh orang lain dan mereka pun bisa merasakannya bahwa kita sudah berbenah dengan lebih baik. Terlepas dari itu semua, kita harus memiliki keyakinan yang kuat. Karena dengan keyakinan yang kuat akan merubah diri kita kearah yang baik, InsyaAllah juga akan mempermudah kita dalam memperbaiki keimanan kita. Lantas, adakah cara untuk kita dalam memperteguh keyakinan diri?

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang disinggung dalam Al-Qur’an yang dapat ditemukan oleh ahli ilmu pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah : 1) Pasti,  2) Tetap, dan  3) Objektif.
Sifat sunnatullah pertama adalah ketetapan, ketentuan, atau kepastian, sebagaimana diutarakan dalam Al-Qur’an berikut ini :

Sifat sunnatullah yang pasti, tentu akan menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia membuat rencana. Seseorang yang memanfaatkan sunnatullah dalam merencanakan satu pekerjaan yang besar, tidak perlu ragu akan ketetapan perhitungannya dan setiap orang yang mengikuti dengan cermat ketentuan-ketentuan yang sudah pasti itu bisa melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya. Karena itu pula, keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan lebih dahulu. Jika dalam pelaksanaannya suatu rencana atau pekerjaan orang itu kurang atau tidak berhasil, dapat dipastikan perhitungannya yang salah bukan kepastian atau ketentuan yang terdapat dalam sunnatullah. Manusia yang salah membuat suatu perhitungan atau perencanaan dengan mudah dapat menelusuri kesalahan perhitungan dalam perencanaannya.

Sifat itu selalu terbukti dalam praktek, sehingga seseorang perencana dapat menghindari kerugian yang mungkin terjadi kalau rencana dilaksanankan. Dengan sifat sunnatullah yang tidak berubah-ubah itu seorang ilmuan dapat memperkirakan gejala alam yang terjadi dan memanfaatkan gejala alam itu. Karena itu seorang ilmuan dengan mudah memahami gejala alam yang satu dikaitkan dengan gejala alam yang lain yang senantiasa mempunyai hubungan yang konsisten.

1) Ilmul Yaqin
Ilmul yaqin adalah orang yang menyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu. Misalnya, di Makkah ada Kaabah. Kita percaya, kerana menurut teorinya begitu, ilmunya begitu. Apa pun sebenarnya pada Kaabah kita percaya, kerana belum tahu yang sebenarnya bagaimana.
2) Ainul Yaqin
Ainul yaqin adalah orang yakin karena telah melihat dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah pergi ke Makkah, boleh melihat sendiri Kaabah. Keyakinannya akan berbeza dengan orang yang yakin berdasarkan teori atau ilmu. Orang yang mengatakan Kaabah itu hujungnya bulat, kalau hanya dengan ilmu boleh jadi kita percaya. Tapi bagi orang yang telah melihatnya akan berkata sesuai dengan yang telah dia lihat sendiri.
3) Haqqul Yaqin
Haqqul yaqin adalah orang yakin dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan lazatnya tawaf, berdoa di Multazam, merasakan dimakbulkan doanya, dan mengatakan Kaabah itu luar biasa sekali. Setelah pulang, doa kita lebih dirasakan dan susah didustakan. Akan semakin berbeza keyakinannya dengan orang yang hanya yakin berdasarkan ilmu saja tanpa merasakan bukti kebenarannya.
Sekiranya itulah cara untuk meningkatkan keyakinan kita. Ini juga yang menjadi tingkat keyakinan tertinggi kita, sehingga tidak boleh digempur dari sisi mana pun. Mulailah dari ilmul yaqin, ainul yaqin, dan akhirnya dengan haqqul yaqin. Hanya itulah yang akan meningkatkan keyakinan kita yang sebenar-benarnya kepada Allah. InsyaAllah, Allah akan selalu merindhoi usaha kita asalkan itu positif dan kita bersungguh-sungguh, dan tidak lupa untuk berdoa ya kawan.. Mengingat juga dengan Sunnatullah, jangan pernah mengingkari Sunnatullah dari Allah untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar