Kamis, 05 Januari 2017

MANUSIA MAKHLUK BELAJAR



MANUSIA MAKHLUK BELAJAR
Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar” yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan hasil belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.
Berbagai Istilah tentang Manusia
Pemakaian kata manusia memiliki makna ganda, seperti terbukti dalam kalimat-kalimat berikut ini: (a) Manusia tidak lain kecuali hewan, yang mengandung makna manusia adalah hewan. (b) Manusia merupakan hasil sejarah, berarti tidak mengacu pada manusia, melainkan kepada kepribadiannya. (c) Manusia adalah makhluk rohani, yang bermakna, manusia merupakan mahluk yang lebih dari raga, nyawa, atau jiwa. (d) bahwa manusia yang di dalam nya terdapat raga, namun berbeda dengan raga lainnya. (e) menggambarkan manusia sejenis kebajikan atau kedirian.
H.M.Quraish Shihab mengatakan bahwa keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya disebabkan oleh:
1. pembahasan tentang manusia termaksud yang terlambat dilakukan, karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang materi alam.
2. ciri khas manusia yang cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks.
3. multikompleks nya masalah manusia.
Terlepas dari pro kontra tentang istilah mana yang akan digunakan oleh manusia, dalam menyusun berbagai teori dan konsep tentang berbagai kehidupan, yang pasti bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang memiliki potensi yang luar biasa.
Agamawan berkomentar bahwa pengetahuan manusia tentang manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terhadap roh ilahi, sedang manusia tidak di beri pengetahua tentang roh, kecuali sedikit. (QS. Al-Isra’,17:85)
Menurut H.M.Quraish Shihab, ada tiga istilah yang di gunakan al-quran untuk menunjuk kepad manusia:
1.      Manusia sebagai Al-Insan
Di dalam al-quran kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat. Kata insan berasal dari kata “uns” yang berarti jinak, harmoni dan tumpah, dan ada pula yang berpendapat bahwa kata “uns” berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa, atau berasal dari kata nasa yanusu yang berarti guncang.
Selanjutnya, di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang manusia sebagai insan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan manusia. Kata insan terkadang digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan manusia dalam belajar (QS. 96:1-5 dan 55:1-3), sebagai makhluk yang memiliki musuh dan suka bermusuhan (QS. 12:5 dan 17:53), mahluk yang dapat mengola dan merencanakan waktu (QS. 103:1-3), makhluk yang dapat memikul amanat (QS. 33:72), sebagai makhluk yang dapat menanggung semua perbuatan yang di lakukanya (QS. 53:39, dan 79:35), yang memiliki komitmen moral (QS. 29:8, 31:14, dan 46:15), makhluk yang dapat bekerja dalam bidang peternakan (QS. 28:23 dan 25:49), yang dapat melakukan pelayaran (QS. 2:164), makhluk yang dapat mendaya gunakan logam besi (QS. 57:25), yang dapat melakukan perubahan sosial (QS. 3:140 dan 8:26).
Manusia insan adalah manusia yang dapat menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahui nya, dalam hal ini secar simbolis tuhan merupakan sebagai guru yang maha luas ilmu nya, atau Al-Alim.
Manusia insan sebagai kodratik, sebagi ciptaan tuhan yang maha sempurna bentuknya di bandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam konstek insan merupakan kegiatan kebudayaan yang paling vital.
2.      Manusia sebagai Al- Basyar

Al- Basyar adalah manusia dalam kehidupan nya sehari-hari, yang berkaitan dengan kegiatan lahiriah, yang di pengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan mati mengakhiri kegiatanya.
Dari sisi lain banyak ayat al-quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Insan basyar pada hakikat nya adalah manusia sebagai kesatuan yang membentuk kebudayaan. Kata insan dan basyar dipakai untuk sebutan manusia.
3.      Manusia sebagai Bani Adam atau Zuriyat Adam
Kata Adam atau Zuriyat Adam juga mengandung arti, bahwa manusia sebagai mahluk sosial. Seperti dalam quran surat (QS. Al-Isra’ 17:70).
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru adah menggali potensi insan, basyar, dan al-nas yang dimiliki semua tersebut. Wewenang manusia di bidang pengetahuan, informasi, pandangan, keinginan, dan kecenderungan itu sangat luas dan tinggi.
Dengan melihat penjelasan yang di berikan al-quran dan para ulama, terlihat dengan jelas bahwa manusia memiliki kemampuan intelektual, spiritual, sosial, dan jasmani dengan berbagai cabangnya.
Informasi tentang manusia dengan berbagai potensi yang dimilikinya itu amat menolong manusia dalam rangka merancang kegiatan belajar  melaluyi strategi pembelajaran yang bersifat konsepsional dan tepat. Disinilah letak relevansi kajian tentang manusia dengan perumusan konsep pembelajaran.

Berbagai Potensi Manusia
Dengan mengkaji konsep al-insan, al-nas, basyar, bani adam, atau zuriyat adam, paling kurang dapat diketahui adanya ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki manusia.

Struktur Jiwa Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A.     Pengertian jiwa dalam ilmu jiwa
Jiwa atau yang dalam bahasa inggris nya psyche berbeda dengan nyawa. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat absrak, yang menjadi penggerak dan mengatur segala perbuatan pribadi, mulai hewat tinggkat tinggi hingga manusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa: (1) bahwa kegiatan belajar mengajar sebagaimana di jumpai pada teori dan konsep pembelajaran pada dasarnya bertolak dari informasi yang terdapat dalam kajian kejiwaan. (2) para ahli strategi pembelajaran berutang budi kepada para ahli ilmu jiwa. (3) ajaran islam dengan sumber utama nya adalah al-quran dan as-sunnah telah memberikan informasi yang lengkap dan mendasar tentang struktur kejiwaan manusia yang selanjutnya apat di gunakan untuk merumuskan strategi pembelajran.

Struktur Fitrah Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A.     Pengertian Fitrah Manusia
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan. Dan dari makna ini makna-makna lain seperti “penciptaan”,dan “kejadian”. Dengan demikian secara sederhana fitrah manusia berarti kejadianya sejak semula atau bawaan nya sejak lahir.

Di dalam al-quran kata fitrah dalm berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali, 14 kali di antarnya kata fitrah di gunakan di dalam konteks penciptaan atau kejadian langit dan bumi. Sedangkan selebihnya kata fitrah di gunakan dalam konteks penciptaan manusia, baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah allah, maupun tentang fitrah manusia.


B.     Struktur Fitrah Manusia
Dapat diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 bentuk, sebagai berikut:
1.      Fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya.
2.      Dalam bentuk bakak (mahabib) dan kecendrungan (qabiliyah) yang mengacu kepada keimanan kepada allah.
3.      Fitrah berupa naluri dan kewahyuan, yang kedua nya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam.
4.      Fitrah merupakan kemampuan dasar untuk beragam secara umum.
5.      Fitrah memiliki komponen yang meliputi, bakat dan kecerdasan, insting (naluri).

C.     Hubungan Struktur Fitrah Manusia dan Kegiatan Belajar Mengajar
Pandangan tentang fitrah yang akan memengaruhi kegiatan belajar mengajar yang semata-mata buka di tentukan oleh input semata, melainkan juga melalui proses thrutput yang di lakukan oleh guru dan kehendak allah. Dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar harus menyiapkan anak didik untuk siap mengikuti kegiatan belajar serta berbagai sarana prasarana, dan sebagainya.
Dengan berbasis pada pemahaman tentang fitrah tersebut, maka secara konseptual, islam menganut paham individualistik dalam bidang pendidikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar