MANUSIA
MAKHLUK BELAJAR
Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar”
yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah
yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena
aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang
selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara
makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan
hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah,
manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah,
manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa
menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun
jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi hidupnya dan
mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang dari waktu ke waktu
hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang mampu mengembangkan
kreativitas untuk memperbaiki derajat kehidupannya. Persoalan ada binatang yang
dianggap pandai, sehingga dapat mengikuti perintah manusia, itu juga hanya
sebatas instinknya saja, bukan hasil belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang
menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut
manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai
karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki
dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat mengusung harkat
kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.
Berbagai Istilah tentang Manusia
Pemakaian kata manusia memiliki makna ganda, seperti
terbukti dalam kalimat-kalimat berikut ini: (a) Manusia tidak lain kecuali
hewan, yang mengandung makna manusia adalah hewan. (b) Manusia merupakan hasil
sejarah, berarti tidak mengacu pada manusia, melainkan kepada kepribadiannya.
(c) Manusia adalah makhluk rohani, yang bermakna, manusia merupakan mahluk yang
lebih dari raga, nyawa, atau jiwa. (d) bahwa manusia yang di dalam nya terdapat
raga, namun berbeda dengan raga lainnya. (e) menggambarkan manusia sejenis kebajikan
atau kedirian.
H.M.Quraish
Shihab mengatakan bahwa keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya
disebabkan oleh:
1. pembahasan tentang manusia
termaksud yang terlambat dilakukan, karena pada mulanya perhatian manusia hanya
tertuju pada penyelidikan tentang materi alam.
2. ciri khas manusia yang cenderung memikirkan hal-hal
yang tidak kompleks.
3. multikompleks nya masalah manusia.
Terlepas dari pro kontra tentang istilah mana yang
akan digunakan oleh manusia, dalam menyusun berbagai teori dan konsep tentang
berbagai kehidupan, yang pasti bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang
memiliki potensi yang luar biasa.
Agamawan berkomentar bahwa pengetahuan manusia tentang
manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dalam unsur penciptaannya terhadap roh ilahi, sedang manusia tidak di beri
pengetahua tentang roh, kecuali sedikit. (QS. Al-Isra’,17:85)
Menurut H.M.Quraish Shihab, ada tiga istilah yang di
gunakan al-quran untuk menunjuk kepad manusia:
1. Manusia
sebagai Al-Insan
Di dalam al-quran kata insan disebut sebanyak 65 kali
dalam 63 ayat. Kata insan berasal dari kata “uns” yang berarti jinak,
harmoni dan tumpah, dan ada pula yang berpendapat bahwa kata “uns”
berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa, atau berasal dari kata nasa
yanusu yang berarti guncang.
Selanjutnya, di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang
berbicara tentang manusia sebagai insan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan
manusia. Kata insan terkadang digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan
manusia dalam belajar (QS. 96:1-5 dan 55:1-3), sebagai makhluk yang memiliki
musuh dan suka bermusuhan (QS. 12:5 dan 17:53), mahluk yang dapat mengola dan
merencanakan waktu (QS. 103:1-3), makhluk yang dapat memikul amanat (QS.
33:72), sebagai makhluk yang dapat menanggung semua perbuatan yang di lakukanya
(QS. 53:39, dan 79:35), yang memiliki komitmen moral (QS. 29:8, 31:14, dan
46:15), makhluk yang dapat bekerja dalam bidang peternakan (QS. 28:23 dan
25:49), yang dapat melakukan pelayaran (QS. 2:164), makhluk yang dapat mendaya
gunakan logam besi (QS. 57:25), yang dapat melakukan perubahan sosial (QS.
3:140 dan 8:26).
Manusia insan adalah manusia yang dapat menerima
pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahui nya, dalam hal ini secar
simbolis tuhan merupakan sebagai guru yang maha luas ilmu nya, atau Al-Alim.
Manusia insan sebagai kodratik, sebagi ciptaan tuhan
yang maha sempurna bentuknya di bandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam
konstek insan merupakan kegiatan kebudayaan yang paling vital.
2. Manusia
sebagai Al- Basyar
Al- Basyar adalah manusia dalam kehidupan nya
sehari-hari, yang berkaitan dengan kegiatan lahiriah, yang di pengaruhi oleh
dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan mati
mengakhiri kegiatanya.
Dari sisi lain banyak ayat al-quran yang menggunakan
kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar,
melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Insan basyar pada hakikat nya adalah manusia sebagai
kesatuan yang membentuk kebudayaan. Kata insan dan basyar dipakai untuk sebutan
manusia.
3. Manusia
sebagai Bani Adam atau Zuriyat Adam
Kata Adam atau Zuriyat Adam juga mengandung arti,
bahwa manusia sebagai mahluk sosial. Seperti dalam quran surat (QS. Al-Isra’
17:70).
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru
adah menggali potensi insan, basyar, dan al-nas yang dimiliki semua tersebut.
Wewenang manusia di bidang pengetahuan, informasi, pandangan, keinginan, dan
kecenderungan itu sangat luas dan tinggi.
Dengan melihat penjelasan yang di berikan al-quran dan
para ulama, terlihat dengan jelas bahwa manusia memiliki kemampuan intelektual,
spiritual, sosial, dan jasmani dengan berbagai cabangnya.
Informasi tentang manusia dengan berbagai potensi yang
dimilikinya itu amat menolong manusia dalam rangka merancang kegiatan
belajar melaluyi strategi pembelajaran yang bersifat konsepsional dan
tepat. Disinilah letak relevansi kajian tentang manusia dengan perumusan konsep
pembelajaran.
Berbagai Potensi Manusia
Dengan mengkaji konsep al-insan, al-nas, basyar, bani
adam, atau zuriyat adam, paling kurang dapat diketahui adanya ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor yang dimiliki manusia.
Struktur
Jiwa Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A. Pengertian
jiwa dalam ilmu jiwa
Jiwa atau yang dalam bahasa inggris nya psyche berbeda
dengan nyawa. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat absrak, yang
menjadi penggerak dan mengatur segala perbuatan pribadi, mulai hewat tinggkat
tinggi hingga manusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa: (1) bahwa kegiatan
belajar mengajar sebagaimana di jumpai pada teori dan konsep pembelajaran pada
dasarnya bertolak dari informasi yang terdapat dalam kajian kejiwaan. (2) para
ahli strategi pembelajaran berutang budi kepada para ahli ilmu jiwa. (3) ajaran
islam dengan sumber utama nya adalah al-quran dan as-sunnah telah memberikan
informasi yang lengkap dan mendasar tentang struktur kejiwaan manusia yang selanjutnya
apat di gunakan untuk merumuskan strategi pembelajran.
Struktur Fitrah Manusia Dan Hubungannya Dengan
Kegiatan Belajar Mengajar
A. Pengertian
Fitrah Manusia
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar
kata al-fathr yang berarti belahan. Dan dari makna ini
makna-makna lain seperti “penciptaan”,dan “kejadian”. Dengan
demikian secara sederhana fitrah manusia berarti kejadianya sejak semula atau
bawaan nya sejak lahir.
Di dalam al-quran kata fitrah dalm berbagai bentuknya
terulang sebanyak 28 kali, 14 kali di antarnya kata fitrah di gunakan di dalam
konteks penciptaan atau kejadian langit dan bumi. Sedangkan selebihnya kata
fitrah di gunakan dalam konteks penciptaan manusia, baik dari sisi pengakuan
bahwa penciptanya adalah allah, maupun tentang fitrah manusia.
B. Struktur
Fitrah Manusia
Dapat diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling
kurang mencakup 5 bentuk, sebagai berikut:
1. Fitrah beragama
yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya.
2. Dalam bentuk
bakak (mahabib) dan kecendrungan (qabiliyah) yang mengacu kepada keimanan
kepada allah.
3. Fitrah berupa
naluri dan kewahyuan, yang kedua nya bagaikan dua sisi dari satu mata uang
logam.
4. Fitrah merupakan
kemampuan dasar untuk beragam secara umum.
5. Fitrah memiliki
komponen yang meliputi, bakat dan kecerdasan, insting (naluri).
C. Hubungan
Struktur Fitrah Manusia dan Kegiatan Belajar Mengajar
Pandangan tentang fitrah yang akan memengaruhi
kegiatan belajar mengajar yang semata-mata buka di tentukan oleh input semata,
melainkan juga melalui proses thrutput yang di lakukan oleh guru dan kehendak
allah. Dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar harus menyiapkan anak
didik untuk siap mengikuti kegiatan belajar serta berbagai sarana prasarana,
dan sebagainya.
Dengan berbasis pada pemahaman tentang fitrah
tersebut, maka secara konseptual, islam menganut paham individualistik dalam
bidang pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar