MANUSIA MAKHLUK BUDAYA
Manusia sebagai makhluk berbudaya
berarti manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk lain, yaitu
manusia memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan
gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai
catatan bahwa dengan pikirannya, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan
kehendaknya, manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia
dapat mencapai kebahagiaan. Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk
budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan
mensikapi berbagai problematik budaya yang berkembang dimasyarakat sehingga
manusia tidak semata-mata merupakan makhluk biologis saja, namun juga sebagai
makhluk sosial, ekonomi, politik, dan makhluk budaya.
Manusia adalah salah satu makhluk
Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan dialam fana ini ada empat macam, yaitu alam,
tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat–sifat yang dimiliki keempat makhluk
Tuhan tersebut sebagai berikut.
1.
Alam
memiliki sifat wujud
2.
Tumbuhan
memiliki sifat hidup dan wujud
3.
Binatang
memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu
4.
Manusia
memiliki sifat wujud, hidup dibekali nafsu serta akal budi
Akal budi merupakan pemberian sekaligus
potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia
dibandingkan makhluk lain terletak pada akal budi. Anugerah Tuhan akan akal
budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah kemampuan
berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan
perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah
berpikir. Karena manusia yang dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir.
kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan maslaah–masalah
hidup yang dihadapi.
Dengan akal budinya, manusia mampu
menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan
dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya
manusia bisa membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan beragam
jenis pakaian, membuat alat transportasi,
sarana komunikasi dan lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan mencari
makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis makanan tidak pernah berubah
dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang tetap saja
wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. Manusia dengan kemampuan akal
budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup.
Kehidupan
manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia
sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia
dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain
itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik
bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
“Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang
sebaik-baiknya”.
Dalam ayat
ini Allah menegaskan bahwa Dia telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya
yang paling baik; badannya lurus ke atas, cantik parasnya, mengambil dengan
tangan apa yang dikehendakinya; bukan seperti kebanyakan binatang yang
mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut. Kepada manusia
diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan
sanggup menguasai alam dan binatang.
Manusia juga
harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam
suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan
yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan
harmonis dan seimbang. Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di didik
dengan berkesinambungan dari “dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil dari
pendidikan –yakni kebudayaan– dapat diimplementasikan dimasyaakat.
Manusia disebut sebagai makhluk
yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia
itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang
selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia juga
akan mulai berpikir tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang
untuk lebih memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam
kaitannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai
hasrat yang tinggi apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat
untuk selalu menambah hasil usahanya guna mempermudah lagi perjuangan hidupnya
menimbulkan perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat
disertai rasa keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya
dalam alam sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam
bentuknya dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu
pengetahuan.
Ada hakekatnya kebudayaan mempunyai dua segi, bagian yang tidak dapat
dilepaskan hubungannya satu sama lain yaitu segi kebendaan dan segi kerohanian.
Segi kebendaan yaitu meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan
dari akalnya, serta bisa diraba. Segi kerohanian terdiri atas alam pikiran dan
kumpulan perasaan yang tersusun teratur. Keduanya tidak bisa diraba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar